Suatu pagi dihari minggu yang
cerah, Sita seorang gadis berusia 13 tahun bekeliling rumah untuk mengusir
kebosanannya. Tanpa sadar ia memasuki ruangan dapur yang biasa digunakannya
untuk mengambil sesuatu. Disana Sita melihat ibu Diah yang sedang sibuk dengan
bahan makanan dan kompor gas.
“Ibu, sedang apa?” Tanya Sita
“Seperti yang kamu lihat,
sayang.” Jawab ibu lembut
“Ibu sedang goreng ikan buat
sita ya bu?” Tanya Sita lagi
“Menurut Sita untuk siapa,
sayang?” Ucap ibu Diah
Ibu Diah menjawab setiap
pertanyaan Sita dengan pertanyaan kembali dan Sita menjawab setiap
pertanyaannya.
“Bu, Sita bantu ya. Bantu goreng
ikan” Pinta Sita
“Boleh, tapi hati-hati ya!”
Kata ibu Diah mengizinkan
Lalu Sita mencoba memindahkan
ikan yang telah matang dari wajan ke piring dan memasukkan lagi ikan baru untuk
digoreng. Bunyi yang khas saat menggoreng ikan pun membuat Sita kaget.
“Aduh…….” Teriak Sita tiba-tiba
dan langsung mengusap tangannya yang terkena percikan minyak panas.
“Kenapa sayang?” Tanya ibu Diah
kaget dan segera tau apa yang terjadi dan juga mengusap tangan Sita yang
terkena percikan minyak panas.
Kemudian ibu Diah meminta Sita
untuk duduk di kursi makan sementara ibu menyelesaikan menggoreng ikan.
***
Usai menggoreng ikan ibu Diah
menyajikan di atas meja dan makan siang telah siap. Sita masih duduk dikursi
dekat meja makan.
“Sita, tidak main dengan
abang?” Tanya ibu Diah
“Nggak bu, abang lagi buat
prakarya sekolah di halaman, Sita tidak boleh ganggu” jawab Sita
“oh, masih sakit tanganya Sita?
Tadi kena minyak goring?” Tanya ibu Diah
“Sudah nggak bu, tapi sita jadi
takut mau goreng ikan lagi, nanti kena lagi”
“Itu sudah biasa Sita, yang
penting kita harus hati-hati agar terhindar dari percikan minyaknya”.
“Sita makan dulu ya nak, Ibu panggil abang
dulu”.
Dari pintu luar ibu Diah masuk Bersama
dengan abang Reno dengan hasil prakarya di tangannya menuju meja makan untuk
makan siang Bersama
***
“Bu, nanti sore Sita mau
kerumah teman ya bu, kerja kelompok” pinta Sita ketika massih di meja makan
“Rumahnya dekat?” tanya ibu
Diah dan disambut anggukan dari sita, “Bisa pergi sendiri?” kembali pertanyaan
ibu Diah disambut dengan anggukan Sita
“Boleh kalau begitu, tapi
jangan pulang pas magrib ya” Pesan ibu Diah juga disambut dengan anggukan Sita
“Sita, nanti pakai jilbab yang ibu
belikan ya, yang warna cream”. Kali ini Sita tidak mengangguk keningnya
berkerut
“Mesti pake jilbab ya bu, Sita
kan kerumah teman cewek, deket juga bu”. Keluh Sita
“Kan, Sita perginya melewati
beberapa orang, nanti ada cowok yang lihat gimana?”
“Panas bu, kalo pake jilbab,
gak usah ya bu…”. Ucap Sita sambal menempelkan kedua telapak tangannya di hadapan ibu Diah
Ibu Diah tersenyum melihat
tingkah Sita dan sekali lagi mencoba membujuknya
“Sita, ibu tanya deh, kenapa Spatula
yang kita pake buat goreng ikan itu bentuknya lebih Panjang dibanding sendok
yang untuk makan?” Tanya ibu Diah mencoba memancing pendapat Sita
Wajah Sita seakan bingung dengan
topik pertanyaan ibu Diah yang tiba-tiba berubah namun ia mencoba menjawab
sekenanya
“Ehm, dibuat panjang agar tidak
kena minyak panas kan bu” ungkap Sita
“Iya Sita, dibuat panjang karena
ada tujuannya, untuk melindungi kita, Sama juga dengan perintah Allah bagi kita
sebagai muslimah wajib menggunakan jilbab sampai di bawah dada ada tujuannya,
yaitu untuk melindungi kita dari tindakan buruk orang lain.” Jelas ibu Diah
kepada anak tersayangnya
Abang Reno yang masih di meja
makan ikut manggut-manggut mendengarkan penjelasan ibu Diah
“Ya udah dek, pakai aja, biar
cantikkan dikit gitu, lebih kalem kalo pake jilbab, abang antar deh kerumah temannya,
tapi pake sepeda ya” abang Reno antusias membujuk Sita
“Tapi Sita malu bu, sita kan
masih belum baik, masih suka nakal, belom rajin sholat, masih sering berantem
di sekolah, nanti teman-teman pada ngatain Sita bu”. Ujar Sita sedih
“Gak perlu malu Sita, kamu gak
perlu mikirin apa pendapat orang tentang kamu, yang penting ibu sama abang Reno
dukung kamu, dan kalo Sita merasa masih belum pantas pake jilbab, gak papa
Sita, tetap aja pake sambil Sita pelan-pelan memantaskan diri.” Jelas ibu Diah
“Memantaskan diri, maksudnya
bu?” kali ini abang Reno yang bertanya
“Memantaskan diri maksudnya
kita perlahan-lahan merubah sikap kita yang tadinya nakal dirubah pelan-pelan jadi
baik, yang tadinya suka marah dirubah pelan-pelan jadi sabra, lama-kelamaan
bisa kok”. Jawab ibu Diah
“Dulu waktu seusia Sita, ibu
juga suka cepat marah, suka berantem dengan paman Seto, malahan paman Seto
lebih sering kalah dan ibu dijuluki anak beruang katanya, hehe tapi sekarang
kan nggak, ibu sudah bisa lebih menahan diri untuk tidak berantem, malah
sekarang lebih sayang dengan paman Seto, karena sesama saudara lebih baik akur,
bukan berantem”. Ungkap Ibu Diah dan sambil
menatap kedua bocah di hadapannya yang sedang nyengir ingat tingkah mereka
selama ini yang sering berantem.
“Oke deh bu, Sita mau pake
jilbab cream nya, semoga Sita bisa pake terus ya bu”. Ucap Sita penuh harap dan
ibu Diah menyambut harapan itu dengan senyum. Ibu Diah bersyukur karena anak
perempuannya akhirnya mau menggunakan jilbab.
“Yoooos, mari kita pakekan Sita
Jilbab!” Seru abang Reno tiba-tiba sambal
mengepalkan tangan kanannya keatas.
“nanti aja abang, kalo mau
pergi, sekarangkan masih di rumah, belom mau pergi Sitanya” jawab Sita segera
sebelum abang Reno bergerak dari kursinya dan disambut nyengirnya abang Reno juga
senyum dari ibu Diah.
***
0 komentar